Selasa, 27 Maret 2012

Sejarah Bahasa Sunda dan Perkembangannya


Bahasa menunjukkan bangsa, kata ini dipahami betul oleh para sarjana sunda. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, dikalangan Sarjana Sunda yang dianggap cukup berpengaruh bukan hanya bahasa dan etnisitas, tapi juga budaya. Dengan demikian, bahasa adalah representasi, cerminan suatu kebudayaan; dan menentukan serta mendukung etnisitas. Bahasa dianggap sebagai pengusung terpenting dari suatu Budaya.
Bahasa Sunda resmi diakui sebagai bahasa yang mandiri mulai pada tahun 1841, ditandai dengan diterbitkannya kamus bahasa Sunda yang pertama (Kamus bahasa Belanda-Melayu dan Sunda). Kamus tersebut diterbitkan di Amsterdam, disusun oleh Roorda, seorang Sarjana bahasa Timur.
Tidak diketahui pasti kapan bahasa sunda lahir, tetapi dari bukti tertulis yang merupakan keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari abad ke-14.
Prasasti dimaksud di temukan di Kawali Ciamis, dan ditulis pada batu alam dengan menggunakan aksara dan Bahasa Sunda (kuno). Diperkirakan prasasti ini ada beberapa buah dan dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastukancana (1397-1475).
Salah satu teks prasasti tersebut berbunyi “Nihan tapak walar nu siya mulia, tapak inya Prabu Raja Wastu mangadeg di Kuta Kawali, nu mahayuna kadatuan Surawisésa, nu marigi sakuliling dayeuh, nu najur sakala désa. Ayama nu pandeuri pakena gawé rahayu pakeun heubeul jaya dina buana” (inilah peninggalan mulia, sungguh peninggalan Eyang Prabu Adipati Wastukentjana yang bertakhta di Kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan sekeliling ibukota, yang menyejahterakan seluruh negeri. Semoga ada yang datang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia).
Dapat dipastikan bahwa Bahasa Sunda telah digunakan secara lisan oleh masyarakat Sunda jauh sebelum masa itu. Mungkin sekali Bahasa Kw’un Lun yang disebut oleh Berita Cina dan digunakan sebagai bahasa percakapan di wilayah Nusantara sebelum abad ke-10 pada masyarakat Jawa Barat kiranya adalah Bahasa Sunda (kuno), walaupun tidak diketahui wujudnya.
Bukti penggunaan Bahasa Sunda (kuno) secara tertulis, banyak dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun (lontar, enau, kelapa, nipah) yang berasal dari zaman abad ke-15 sampai dengan 180. Karena lebih mudah cara menulisnya, maka naskah lebih panjang dari pada prasasti. Sehingga perbendaharaan katanya lebih banyak dan struktur bahasanya pun lebih jelas.
Contoh bahasa Sunda yang ditulis pada naskah adalah sebagai berikut:
  • Berbentuk prosa pada Kropak 630 berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian (1518) “Jaga rang héés tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteu” (Hendaknya kita tidur sekedar penghilang kantuk, minum tuak sekedar penghilang haus, makan sekedar penghilang lapar, janganlah berlebih-lebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa-apa!)
  • Berbentuk puisi pada Kropak 408 berjudul Séwaka Darma (abad ke-16) “Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning Séwaka Darma” (Inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma).

Tampak sekali bahwa Bahasa Sunda pada masa itu banyak dimasuki kosakata dan dipengaruhi struktur Bahasa Sanskerta dari India. Setelah masyarakat Sunda mengenal, kemudian menganut Agama Islam, dan menegakkan kekuasaan Agama Islam di Cirebon dan Banten sejak akhir abad ke-16. Hal ini merupakan bukti tertua masuknya kosakata Bahasa Arab ke dalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda.
Di dalam naskah itu terdapat 4 kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu duniya, niyat, selam (Islam), dan tinja (istinja). Seiring dengan masuknya Agama Islam kedalam hati dan segala aspek kehidupan masyarakat Sunda, kosa kata Bahasa Arab kian banyak masuk kedalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda dan selanjutnya tidak dirasakan lagi sebagai kosakata pinjaman.
Kata-kata masjid, salat, magrib, abdi, dan saum, misalnya telah dirasakan oleh orang Sunda, sebagaimana tercermin pada perbendaharaan bahasanya sendiri. Pengaruh Bahasa Jawa sebagai bahasa tetangga dengan sesungguhnya sudah ada sejak Zaman Kerajaan Sunda, sebagaimana tercermin pada perbendaharaan bahasanya. Paling tidak pada abad ke-11 telah digunakan Bahasa dan Aksara Jawa dalam menuliskan Prasasti Cibadak di Sukabumi. Begitu pula ada sejumlah naskah kuno yang ditemukan di Tatar Sunda ditulis dalam Bahasa Jawa, seperti Siwa Buda, Sanghyang Hayu.
Namun pengaruh Bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat Sunda sangat jelas tampak sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19 sebagai dampak pengaruh Mataram memasuki wilayah ini. Pada masa itu fungsi Bahasa Sunda sebagai bahasa tulisan di kalangan kaum elit terdesak oleh Bahasa Jawa, karena Bahasa Jawa dijadikan bahasa resmi dilingkungan pemerintahan. Selain itu tingkatan bahasa atau Undak Usuk Basa dan kosa kata Jawa masuk pula kedalam Bahasa Sunda mengikuti pola Bahasa Jawa yang disebut Unggah Ungguh Basa.
Dengan penggunaan penggunaan tingkatan bahasa terjadilah stratifikasi social secara nyata. Walaupun begitu Bahasa Sunda tetap digunakan sebagai bahasa lisan, bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Sunda. Bahkan di kalangan masyarakat kecil terutama masyarakat pedesaan, fungsi bahasa tulisan dan bahasa Sunda masih tetap keberadaannya, terutama untuk menuliskan karya sastera WAWACAN dengan menggunakan Aksara Pegon.
Sejak pertengahan abad ke 19 Bahasa Sunda mulai digunakan lagi sebagai bahasa tulisan di berbagai tingkat sosial orang Sunda, termasuk penulisan karya sastera. Pada akhir abad ke 19 mulai masuk pengaruh Bahasa Belanda dalam kosakata maupun ejaan menuliskannya dengan aksara Latin sebagai dampak dibukanya sekolah-sekolah bagi rakyat pribumi oleh pemerintah.
Pada awalnya kata BUPATI misalnya, ditulis boepattie seperti ejaan Bahasa Sunda dengan menggunakan Aksara Cacarakan (1860) dan Aksara Latin (1912) yang dibuat oleh orang Belanda. Selanjutnya, masuk pula kosakata Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda, seperti sepur, langsam, masinis, buku dan kantor.
Dengan diajarkannya di sekolah-sekolah dan menjadi bahasa komunikasi antar etnis dalam pergaulan masyarakat, Bahasa Melayu juga merasuk dan mempengaruhi Bahasa Sunda. Apalagi setelah dinyatakan sebagai bahasa persatuan dengan nama Bahasa Indonesia pada Tahun 1928. Sejak tahun 1920-an sudah ada keluhan dari para ahli dan pemerhati Bahasa Sunda, bahwa telah terjadi Bahasa Sunda Kamalayon, yaitu Bahasa Sunda bercampur Bahasa Melayu.
Sejak tahun 1950-an keluhan demikian semakin keras karena pemakaian Bahasa Sunda telah bercampur (direumbeuy) dengan Bahasa Indonesia terutama oleh orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota besar, seperti Jakarta bahkan Bandung sekalipun. Banyak orang Sunda yang tinggal di kota-kota telah meninggalkan pemakaian Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di rumah mereka. Walaupun begitu, tetap muncul pula di kalangan orang Sunda yang dengan gigih memperjuangkan keberadaan dan fungsionalisasi Bahasa Sunda di tengah-tengah masyarakatnya dalam hal ini Sunda dan Jawa Barat. Dengan semakin banyaknya orang dari keluarga atau suku bangsa lain atau etnis lain yang menetap di Tatar Sunda kemudian berbicara dengan Bahasa Sunda dalam pergaulan sehari-harinya. Karena itu, kiranya keberadaan Bahasa Sunda optimis bakal terus berlanjut.

Bahasa Sanskerta dan Bahasa Jawa Kuno

Bahasa Sanskerta secara genealogis termasuk dalam rumpun Bahasa Indo Eropa.
Rumpun Bahasa Indo Eropa terdiri atas cabang-cabang Bahasa Jerman, Armenia,Baltik, Slavia, Roman, Keltik, Gaulis dan Indo Iranika.
Cabang keluarga Bahasa Indo Eropa di Asia yang terbesar adalah kelompok Indo Iranika. Kelompok ini terdiri dari dua subkelompok yaitu Iranika dan Indika ( Indo Arya ).

Subkelompok Bahasa Indo Arya dalam perkembangannya secra umum terbagi mejadi tiga periode yaitu, periode kuna (Old Indo Aryan) sekitar + 1500 SM, periode pertengahan (Middle Indo Aryan) sekitar + 500 SM dan terakhir adalah periode modern (Modern Indo Aryan) sekitar + 1000 M. pembagian antar periode tersebut hanya berrsifat perkiraan, sebab keberadaan antar periode pada kenyataannya saling tumpang tindih, bahkan penggunaan bahasa dari periode yang lebih tua tetap dipakai pada periode yang lebih muda.

Fase awal dari periode kuna (Old Indo Aryan) terwakili oleh bahasa yang digunakan dalam teks Weda. Weda yang tertua adalah Rig Weda yang merupakan kumpulan mantra-mantra religius. Teks ini diperkirakan berasal dari milenium kedua sebelum masehi. Teks-teks Weda lainnya yang juga berasal dari fase ini antara lain Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Tradisi Weda pada tahap selanjutnya menghasilkan karya sastra berbentuk prosa seperti Brahmana dan Upanishad.

Bahasa yang dipakai di dalam teks-teks Weda merupakan bahasa kesastraan yang dipakai oleh para pendeta. Bahasa ini dikenal sebagai vaidiki bhasa. Selain itu di luar kesastraan Weda dikenal Laukiki bhasa yakni bahasa yang dipakai rakyat kebanyakan. Bahasa masyarakat kebanyakan ini kemudian diperbaiki dan ditata menurut aturan tata bahasa sehingga bebas dari kata-kata keliru yang biasa muncul.
Sehingga juga disebuat sebagai samskerta yakni sesuatu yang sudah diperbaiki atau dibersihkan. Penamaan dengan istilah bahasa Sanskerta merupakan penamaan yang tidak didasarkan asal bangsa pemakainya atau letak geografisnya.

Ahli tatabahasa yang terkenal dalam upaya pemurnian kembali bahasa dengan aturan tata bahasa adalah Panini (+ 400 SM). Melalui karyanya yang berjudul Astadhyayi, Bahasa Sanskerta menjadi dibakukan dan berkembang sejalan dengan peraturan tatabahasa yang telah ia buat. Dengan adanya aturan tatabahasa yang dibuat Panini tersebut, akibatnya muncul istilah prakrita bahasa umum, sederhana”. Bahasa Prakrit merupakan dialek umum yang berkembang secara alami. Karya Panini ini selanjutnya disempunakan olek Katyayana (+ 300 SM) dan Patanjali (+ 200 SM).

Karya Panini ini dapat dianggap sebagai usaha yang menstabilkan tatabahasa Sanskerta dari karya-karya ahli tatabahasa sebelumnya seperti Yaska dalam Nirukta dari abad V SM. Panini dalam upaya standarisasi Bahasa Sanskerta diyakini menggunakan lingua franca dari daerah barat laut yang digunakan kaum agamawan dan kemudian dipakai pula dalam bahasa pemerintahan. Bahasa Sanskerta mulai dipakai sebagai bahasa ketatetapan resmi yakni pada masa dinasti Śaka dari daerah Ujjayinī ( 150 M ).

Pengaruh India diindikasikan mulai menyebar di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia antara abad II hingga III Masehi. Penyebaran ini diperkirakan melalui perdagangan laut. Kurun waktu tersebut bersamaan dengan dikenalnya teknologi transportasi laut, akibatnya pengaruh India mulai menyebar di wilayah persinggahannya yang kemudian menjadi dasar pokok dalam pendirian kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah Asia Tenggara. Pengaruh India yang berupa ajaran agama Hindu-Budha masuk ke wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan dibawa oleh guru-guru agama atau penduduk asli yang kembali ke negeri aslanya setelah lama bermukim di India. Para guru agama dan kaum terpelajar tersebut diperkirakan sebagai orang-orang yang mengenalkan Bahasa Sanskerta ke dalam rumpun Bahasa Austronesia yang termasuk di dalamnya Bahasa Jawa Kuna.

Rumpun Bahasa Austronesia yang juga disebut sebagai Melayu Polinesia mencakup bahasa-bahasa di wilayah Indonesia, Melanesia dan Polinesia. Penutur bahasa-bahasa Austronesia tersebar luas mulai dari sebelah barat yaitu Pulau Madagaskar hingga ke sebelah timur yaitu Pulau Paskah, serta di sebalah utara yaitu Pulau Formosa hingga ke selatan mencapai New Zealand. Hanya terdapat dua perkecualian kecil yaitu orang asli di Malaysia pedalaman yang menuturkan bahasa-bahasa rumpun Austroasia dan beberapa suku di Indonesia bagian timur yang menuturkan bahasa-bahasa Papua.

Rumpun Bahasa Austronesia mencakup bahasa-bahasa yang masih digunakan maupun bahasa yang telah punah. Bahasa-bahasa yang telah punah tersebut biasanya meninggalkan bukti tertulis yang menunjukkan tingginya peradaban di masanya. Bahasa-bahasa tersebut antara lain Bahasa Cham dan Bahasa Jawa Kuna yang keduanya termasuk dalam subkelompok Bahasa Melayu Polinesia Barat. Bahasa-bahasa yang digunakan pada kebudayaan kuna tersebut, di dalam studi perkembangan bahasa hanya disebut sebagai old language bukan sebagai bahasa awal ( proto language ).

Bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu bentuk perkembangan dari Bahasa Proto Malayo Javanic yang merupakan bahasa yang dipakai oleh masyarakat bahasa di Jawa pada masanya. Keberadaan Bahasa Jawa Kuna, di kawasan Pulau Jawa pada khususnya serta di kawasan Asia Tenggara pada umumnya, pada abad VI Masehi keberadaannya pernah dideskripsikan oleh sumber Cina yakni dengan penyebutan Kun Lun.
Istilah Kun Lun digunakan untuk menyebut bahasa yang dipakai penduduk di daerah Sumatra, Jawa dan juga Campa. Hal ini dapat disebabkan karena bahasa-bahasa di berbagai daerah tersebut terdengar sebagai bahasa yang sama oleh para musafir Cina, selain itu bahasa-bahasa tersebut secara linguistis memang serumpun yang di dalamnya banyak dijumpai istilah-istilah dari Bahasa Sanskerta.

Berbeda dengan kemunculan dan perkembangan Bahasa Sanskerta yang dapat ditelusuri kembali dari masa yang paling tua melalui teks-teks Weda, Bahasa Jawa Kuna dalam kemunculannya dapat dikatakan muncul dengan tiba-tiba yakni dari suatu masa tanpa tinggalan tertulis tiba-tiba muncul tinggalan tertulis yang telah memiliki ciri-ciri perkembangan lebih lanjut sebagai satu bahasa Nusantara. Hal ini dipahami bila hanya didasarkan atas temuan prasasti berbahasa Jawa Kuna yang paling tua yaitu, Prasasti Sukabumi (804 M). Meskipun demikian, tidak berarti di Pulau Jawa sebelum tahun tersebut belum terdapat budaya tulis, tetapi tahun tersebut hanya merupakan titik awal ditemukannya prasasti berbahasa Jawa Kuna.

Pada masa yang lebih tua dari angka tahun Prasasti Sukabumi di Pulau Jawa sebenarnya telah terdapat tinggalan tertulis tetapi menggunakan Bahasa Sanskerta (kurun waktu 732 M hingga 792 M) dan Bahasa Melayu Kuna (792 M). Dari prasasti-prasasti tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Jawa pada kurun waktu abad XIII hingga IX Masehi, terdapat tiga bahasa yang hidup dan dikenal oleh masyarakat. Bahasa Jawa Kuna untuk pertama kali ditemukan dalam prasasti berangka tahun 804 M, hal ini tentu tidak dapat dipungkiri bahwa sebelumnya pasti terdapat budaya tulis yang menggunakan Bahasa Jawa Kuna dengan media yang tidak awet seperti kulit kayu, kulit binatang atau pada daun.

sumbangan bahasa MELAYU RIAU kepada Bahasa Indonesia

Pada umumnya orang mengetahui bahwa bahasa lndonesia yang sekarang berasal dari bahasa Melayu. Istilah bahasa Melayu sendiri mengacu pada bahasa Melayu Riau, yaitu bahasa Melayu yang diajarkan di sekolah-sekolah sebelum Perang Dunia II berkecamuk. Beberapa bahasa daerah juga memberikan sumbangan kepada bahasa Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain. Bahkan, bahasa Indonesia juga mendapat sumbangan dari bahasa Barat. Penerbitan buku di Leiden dengan judul European Loan Words in Indonesian: A Checklist of Words of European Origin in Bahasa Indonesia and Traditional Malay tahun 1983 mengingatkan tentang sumbangan bahasa-bahasa Barat kepada bahasa Indonesia. “Apa sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap bahasa Indonesia? Akankah semua kata yang berada dalam kamus Melayu dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia? Bagaimana dengan tata bahasanya?” Penulis memperkirakan hal ini sama dengan berbagai buku tentang gramatika bahasa Melayu yang juga dapat dianggap membicarakan bahasa Indonesia. Kalau demikian jalan pikiran kita, maka kita hanya mengganti nama saja, yaitu dari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Akan tetapi, cara seperti ini tentunya bukan satu-satunya jalan untuk melihat persoalan (Anwar, 1980: 24–27).


2. Masalah Nama
Selain diperingati sebagai bulan Sumpah Pemuda, bulan Oktober juga diingat sebagai bulan pengukuhan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. “Apakah sesudah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 kita sudah benar-benar mempunyai bahasa Indonesia, atau lebih tepat lagi menanamkan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia? Ataukah pada waktu itu orang Indonesia menganggap bahwa bahasa Melayu Riau sama dengan bahasa Indonesia?” Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada kesepakatan bulat di antara golongan nasionalis Indonesia pada waktu itu tentang hal tersebut. Banyak orang yang menginginkan kemerdekaan Indonesia, namun tidak setuju bahasa Melayu disebut bahasa Indonesia. Penulis sudah pernah membahas masalah ini di buku lain (Anwar, 1980: 24–27). Barangkali alasan yang paling kuat mengenai status bahasa Indonesia ialah sejak didirikannya Republik Indonesia, sebab dalam Undang Undang Dasar 1945 disebutkan nama bahasa Indonesia. Namun, pernyataan ini tentu hanya dari sisi dasar hukumnya.

Pembahasan ini sebaiknya juga menyinggung sedikit tentang bahasa Melayu Riau. “Apakah penggunaan istilah bahasa Melayu Riau sudah benar?” Penulis berpendapat bahwa adanya istilah itu bukan karena berbagai dialek yang digunakan sehari-hari oleh penduduk yang terdapat di daerah Riau, namun karena telah berkembangnya suatu ragam bahasa baku di Kesultanan Riau masa lampau yang dipergunakan sebagai alat komunikasi resmi atau formal. Ragam bahasa formal ini tidak hanya terdapat di daerah Riau saja, tetapi juga di daerah lain, seperti Aceh, Palembang, beberapa daerah di Kalimantan dan Halmahera. Dengan kata lain, ragam bahasa formal itu terdapat di seluruh dunia Melayu. Untuk membicarakan perkembangan bahasa Melayu, analisis dunia Melayu sangat penting. Penulis teringat pada usaha Dr. Russell Jones di London untuk mencarikan suatu istilah dalam bahasa Inggris sebagai pengganti “the Malay World”.

Apabila secara ketat kita hendak membatasi bahasa Melayu di Riau saja, penulis kira kurang tepat, walaupun di masa lampau istilah bahasa Melayu Riau sering digunakan. Kalau penulis tidak salah tafsir, implikasi dari istilah bahasa Melayu Riau itu ialah bahasa Melayu tinggi, bahasa Melayu formal, dan bahasa Melayu baku. Penulis memperkirakan hal ini ada hubungannya dengan pendidikan di Sekolah Raja di Bukittinggi. Bahasa Minangkabau juga merupakan bahasa Melayu, namun berbeda dengan bahasa Melayu Riau, karena posisi bahasa Melayu Riau; sebagai bahasa Melayu tinggi tadi. Guru-guru di Minangkabau di masa lampau sering menggunakan istilah bahasa Melayu Riau; sebuah istilah yang mereka peroleh dari guru-guru berbangsa Belanda.

Bila kita mengikuti pemikiran beberapa sarjana Belanda, terlihat bahwa yang dianggap bahasa Melayu baku ialah bahasa yang banyak dikembangkan oleh guru-guru Melayu, terutama yang bertugas di Balai Pustaka. Profesor A. Teeuw pernah menulis:

One can go further and say that it was this very group of Minangkabau school teachers at Balai Pustaka who made a significant contribution to the standardization of Malay which is often called Balai Pustaka Malay; it is the basis from which present-day Bahasa Indonesia is developed (Teeuw, t.t.: 119).

Walaupun Profesor Teeuw tidak menggunakan istilah bahasa Melayu Riau, namun yang dimaksud dengan istilah bahasa Melayu Balai Pustaka itu pada dasarnya adalah bahasa Melayu Riau dalam pengertian kita di atas. Sarjana Belanda lain, Profesor G. W. J. Drewes, yang pernah bertugas di Balai Pustaka juga menekankan pentingnya Balai Pustaka dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa. Menurut Drewes, bahasa manuskrip yang dikirimkan oleh Balai Pustaka sering diperbaiki oleh Engku-engku Balai Pustaka dan para pengarang. Pengirim hendaknya tidak merasa tersinggung, bahkan harus berterima kasih atas perbaikan-perbaikan itu (Drewes, 1981: 102–103).

Bila kita sepakat bahwa bahasa Melayu Balai Pustaka kemudian berubah nama menjadi bahasa Indonesia, maka sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap perkembangan bahasa Indonesia adalah luar biasa besarnya. Bahkan, barangkali tidak tepat kalau kita sebut hanya dengan istilah sumbangan. Bagi bahasa Indonesia, bahasa Melayu lebih dari sekadar sumbangan. Ia merupakan pelimpahan yang berwujud bahasa Indonesia modern. Penulis berpendapat bahwa bahasa Indonesia tidak harus dilihat hanya sebagai kelanjutan dari bahasa Melayu Balai Pustaka atau bahasa Melayu Riau. Dengan pendapat semacam ini, orang akan dapat mengemukakan argumentasi, bahwa ragam bahasa Melayu lain juga merupakan unsur penting dalam menunjang terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa modern. Bisa saja kemudian dikatakan, bahwa bahasa Melayu Riau bukan merupakan pendorong, melainkan malah menjadi penghambat tumbuhnya bahasa Indonesia.

Pada kasus tersebut, penulis teringat pada perdebatan antara Profesor Drewes dengan Dr. C. W. Watson (Watson, 1971: 417–433). Perdebatan itu tidak langsung berkait dengan bahasa Indonesia, melainkan tentang sastra Indonesia. Namun, implikasinya juga menyangkut bidang bahasa. Profesor Drewes menganggap Dr. Watson kurang menekankan pentingnya peran Balai Pustaka, dan mengingatkan jasa-jasa penulis pada masa pra-Balai Pustaka, di antaranya penulis-penulis Tionghoa. Memang tidak dapat disangkal bahwa tulisan-tulisan yang terdapat di berbagai surat kabar menggunakan bahasa Melayu rendah. Dengan demikian, bahasa Melayu Riau dianggap tidak memainkan peran dalam mendorong terbentuknya bahasa Indonesia modern.

Bahasa Melayu Riau pada awalnya tentu lebih banyak digunakan sebagai alat komunikasi dalam membicarakan hal-hal yang lebih bersifat tradisional, sedangkan bahasa Melayu rendah di surat-surat kabar sering membahas hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan modern, seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain. Dengan sendirinya, bahasa Melayu rendah merupakan alat modernisasi. Akan tetapi, bagaimana dengan bahasa Melayu Riau yang dipakai di sekolah-sekolah? Bahasa ini tentu sedikit banyak dipakai pula untuk membicarakan hal-hal yang ada hubungannya dengan zaman modern.

Spekulasi yang cukup menarik ialah bagaimanakah bentuknya andaikan bahasa Melayu (Riau) tidak ada atau tidak dijadikan basis pembentukan bahasa Indonesia? Apakah bahasa Melayu rendah akan menjadi bahasa Indonesia? Apakah bangsa Indonesia mau menerima “bahasa rendahan” itu menjadi bahasa nasional? Seperti diketahui, dunia mengenal lahirnya bahasa nasional yang berasal dari bahasa rendahan atau creole.


3. Respektabilitas

Pengalaman di beberapa negara berkembang, terutama negara-negara baru yang mempunyai masyarakat yang sudah tua, pemilihan bahasa resmi atau bahasa nasional sering terkait dengan soal tradisi besar. Banyak orang berpendapat bahwa bahasa yang mempunyai martabat adalah bahasa yang mempunyai tradisi besar, yaitu bahasa yang di masa lampau sudah dipakai sebagai kendaraan budaya tinggi, baik dalam bentuk sastra maupun dalam bentuk pemikiran atau keilmuan pada umumnya. Sebaliknya, dalam alam modern yang amat diperlukan adalah efisiensi, kepersisan, dan perbendaharaan kata yang cukup untuk mengungkapkan peradaban modern.

Antara tradisi besar dan tuntutan dunia modern tidak selalu terdapat kaitan yang erat. Ada bahasa modern yang efisien dan dapat memenuhi tuntutan kehidupan modern, tetapi ada pula yang tidak. Bila yang terjadi adalah keadaan yang terakhir, maka terjadilah hal-hal yang menarik dalam pembinaan bahasa. Adakalanya pengaruh tradisi besar itu sangat dominan pada suatu budaya sehingga orang rela mengorbankan efisiensi demi untuk melestarikan tradisi besar itu. Namun, ada pula budaya yang tidak segan-segan mengorbankan kebanggaan akan tradisi besar demi untuk mencapai suatu efisiensi di bidang bahasa. Contoh yang terbaik dari pengorbanan kebanggaan akan tradisi besar adalah bahasa Jepang, sedangkan contoh yang berlawanan dapat ditemukan di beberapa negara, seperti India dan beberapa negara Arab. Untuk kasus Indonesia, bahasa Jawa mungkin cenderung dapat digolongkan pada contoh terakhir.

Bagaimana dengan bahasa Melayu? Apakah bahasa Melayu dapat dikatakan mempunyai tradisi besar? Secara relatif, penulis berpendapat bahwa bahasa Melayu dapat dikatakan memiliki tradisi besar dalam konteks Nusantara. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa di Nusantara ini terdapat dua tradisi besar, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dari segi umur dan ukuran, martabat tradisi Jawa terlihat lebih besar daripada martabat tradisi Melayu. Namun, dalam memenuhi tuntutan adaptasi terhadap dunia modern, bahasa Melayu rasanya lebih unggul. Dalam hubungan ini, Profesor Marcel Bonneff mengemukakan sebuah tulisan yang sangat menarik tentang persoalan yang dihadapi oleh bahasa Jawa pada masa-masa sebelum diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia (Bonneff, 1981: 35–53).

Menurut Bonnef, bahasa Melayu ternyata dapat memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia untuk mempunyai sebuah bahasa yang mempunyai latar belakang yang cukup bermartabat. Dengan Selat Malaka sebagai pusat, bahasa Melayu pernah jaya di zaman kejayaan orang Melayu, terutama di zaman Malaka. Di samping itu, kejayaan Kerajaan Aceh, Kerajaan Palembang, dan lain-lain telah meninggalkan sekumpulan manuskrip Melayu yang menyebabkan bahasa ini menjadi bahasa tertulis yang relatif mempunyai semacam kebakuan. Tanpa peninggalan manuskrip itu, bahasa Melayu (Riau) tidak akan banyak artinya. Bahasa Melayu memperoleh semacam respektabilitas berkat dipakainya bahasa tersebut untuk keperluan perdagangan, pemerintahan, dan keilmuan di masa lampau. Inilah sumbangan yang cukup besar dari bahasa Melayu (Riau) kepada perkembangan bahasa Indonesia di kemudian hari. Bahasa Melayu dengan tradisi besar dapat memberikan kebanggaan kepada para pemakainya, bahwa bahasa itu adalah suatu bahasa peradaban dan kebudayaan, bukan hanya dialek-dialek yang berserakan yang digunakan oleh kelompok-kelompok penduduk yang terbelakang. Bahasa Melayu tidak berkembang dari suatu pidgin dan creole akibat kedatangan bangsa Barat ke Nusantara.

Bahasa Melayu yang telah menjelma menjadi bahasa Indonesia telah menempatkan dirinya dalam suatu posisi khusus di tanah air tercinta ini. Kebesarannya memang tidak akan dapat diukur secara kuantitatif dan sisi kepuasan, namun umumnya orang Indonesia dapat merasakannya. Penulis berpendapat bahwa orang yang dapat merasakan semua itu tentulah orang yang menganggap bahasa Melayu adalah miliknya. Berbahagialah semua orang Melayu yang mencintai bahasa nenek moyangnya dan berbahagialah seluruh bangsa Indonesia yang sudah mempunyai bahasa Indonesia yang merupakan sumbangan bahasa Melayu, terutama bahasa Melayu Riau.


4. Manfaat Praktis

Walaupun sumbangan bahasa Melayu dalam bentuk tuah dan martabat terhadap perkembangan bahasa Indonesia cukup penting, namun bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan hal tersebut tidak akan banyak artinya sekiranya bahasa persatuan kita itu tidak memadai untuk dipakai sebagai alat komunikasi modern. Sebenarnya, di sinilah letak kekuatan bahasa Melayu yang dikembangkan itu, yaitu ia dapat memenuhi kebutuhan kita akan bahasa modern itu. Bahasa Melayu amat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan dan kemajuan zaman. Bahasa Melayu tidak merasa janggal menerima pengaruh, baik dalam kosakata maupun pada gramatikalnya, bahkan dalam sistem bunyinya sekalipun. Sebab utama adanya karakter ini tentu ada hubungannya dengan sejarah bahasa Melayu dan sejarah orang Melayu.

Pada masa lampau, kesultanan yang berkembang di daerah Riau dan Selat Malaka pernah menjadi pusat pertemuan bangsa. Dalam suasana internasional inilah bahasa Melayu berkembang dan menempuh proses pembakuan. Pengaruh bahasa Arab yang merupakan kendaraan pikiran-pikiran baru diserap dengan cepat oleh bahasa Melayu, sebagaimana sebelumnya bahasa Melayu juga sudah menyerap unsur-unsur bahasa Sanskerta. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu merupakan alat penerimaan dan pengembangan pikiran-pikiran baru. Bahasa Melayu adalah alat modernisasi di zamannya.

Kedatangan bangsa Barat ke Nusantara ini antara lain juga telah membawa pikiran-pikiran baru. Secara bertahap, pemikiran baru ini telah diserap oleh bahasa Melayu. Setelah pendidikan modern diperkenalkan pada pertengahan abad ke-19, bahasa Melayu dengan sifatnya yang sangat terbuka itu dengan cepat dapat memainkan peran. Kata-kata dari bahasa Barat dan beberapa bunyi serta sistem penyampaian buah pikiran Barat pun mulai memasuki bahasa Melayu. Pada umumnya, bahasa-bahasa daerah lain tidak dapat menyerap pengaruh asing itu semudah bahasa Melayu.

Walaupun pada masa lampau kaum terpelajar Indonesia memperoleh ilmu pengetahuan melalui bahasa Belanda, pada sebagian besar rakyat kita pengenalan ide-ide baru tidak ditangkap melalui bahasa Belanda, melainkan melalui bahasa Melayu. Di masa transisi dan kehidupan tradisional yang akan memasuki kehidupan dunia modern, bahasa Melayu sering diasosiasikan orang dengan kehidupan yang non-tradisional. Bagi orang Minangkabau misalnya, pemakaian bahasa Melayu Riau jelas dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak tradisional. Bahasa Melayu Riau dianggap sebagai bahasa tinggi, bahasa kantor, bahasa sekolah, dan bahasa pemerintahan modern.

Oleh karena karakteristik yang mudah menyesuaikan diri itu, bahasa Melayu cepat menunjukkan keunggulannya dalam menghadapi tuntutan modern dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah lain. Dalam hubungan ini tak dapat dilupakan pula peran yang dimainkan oleh bahasa Melayu rendah atau bahasa koran. Kegunaan praktis bahasa Melayu segera terbukti bahwa bahasa Melayu amat mudah dipelajari, baik oleh orang Indonesia maupun oleh orang asing. Dengan kata lain, mudah dipelajari untuk diambil manfaat akan kegunaannya yang praktis.

Bila kita mempelajari bahasa secara ilmiah, semua bahasa tentu mempunyai kesulitan-kesulitan tertentu. Di zaman transisi, masyarakat Indonesia cenderung melihat cara hidup baru seperti yang ditiru dari orang Eropa sebagai sesuatu yang hebat. Ini membawa akibat bahwa penggunaan bahasa Melayu yang sudah mulai menjadi bahasa modern dapat meninggikan gengsi para pemakainya, di samping memberi alat komunikasi yang relatif lebih efisien. Jadi, sumbangan bahasa Melayu Riau di bidang efisiensi bahasa juga cukup besar. Dalam hal ini, yang berjasa tentu adalah gaya bahasa Melayu baru, bukan bahasa Melayu klasik. Bahasa Melayu baru inilah yang besar sumbangannya terhadap pembentukan dan perkembangan bahasa Indonesia.

Sebenarnya, kita dapat menunjukkan kapan bahasa Melayu modern itu identik dengan bahasa Indonesia. Andaikan tanggal 28 Oktober 1928 kita ambil sebagai hari lahirnya bahasa Indonesia, maka pada tanggal itulah bahasa Melayu identik dengan bahasa Indonesia. Pada hari itu, kita tentu tidak tepat untuk menganggap bahwa bahasa Melayu memberi sumbangan terhadap bahasa Indonesia, sebab antara yang menyumbang dengan yang menerima sumbangan adalah sama. Pada hari itu, tidak timbul persoalan apakah bahasa Indonesia itu berasal atau berkembang dari bahasa Melayu, karena alasan yang telah disebutkan sebelumnya. Sumbangan dari bahasa daerah lain kepada bahasa Indonesia sebelum tanggal tersebut tidak ada sama sekali. Kondisi yang ada hanyalah kata-kata dari bahasa daerah lain yang sudah masuk ke dalam bahasa Melayu, yang sudah dianggap bagian bahasa Melayu. Sumbangan bahasa-bahasa daerah lain ke dalam bahasa Indonesia baru terjadi setelah bahasa Indonesia lahir secara resmi.

Kita sudah menganalisis bahwa sewaktu lahir, bahasa Indonesia sudah merupakan bahasa yang bermartabat dan mempunyai sifat-sifat sebuah bahasa yang tidak tradisional lagi. Pada waktu itu, bahasa Melayu Riau sudah merupakan bahasa yang mempunyai syarat-syarat yang diperlukan bagi suatu bahasa yang akan digunakan oleh suatu bangsa terhormat. Bahasa Melayu (Riau) yang sudah siap untuk menukar nama menjadi bahasa Indonesia tidak lahir dalam satu hari. Pertumbuhan dan pembinaan telah berlangsung sejak beberapa waktu dan untuk semua itu telah banyak orang yang ikut menyumbang. Mereka ini tidak terbatas pada orang Melayu saja. Penulis-penulis dari Jawa, Sunda, Bali, Sulawesi, dan lain-lain ikut secara aktif menyumbangkan hasil karya mereka dalam pembinaan bahasa Melayu modern tersebut. Kenyataan ini penulis lihat sebagai satu faktor penting yang telah mempermudah perubahan nama dari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.


5. Ragam Melayu Modern
Orang Melayu yang cukup banyak berpartisipasi dalam pembentukan bahasa Melayu baku modern adalah orang Melayu Minangkabau (Anwar, 1976: 91–93). Dari sisi pembentukan bahasa, hal ini cukup menarik, karena bahasa Melayu Minangkabau berbeda dengan bahasa Melayu Riau. Di samping adanya perbedaan, persamaan yang dimiliki keduanya juga banyak. Dalam membicarakan bahasa komunikasi, kita mengenal antara lain masalah interferensi. Bila kita pelajari karya tulis orang Minangkabau yang terbit sebelum Perang Dunia II, maka interferensi bahasa ibunya kentara sekali. Hal ini sangat berbeda dengan karya tulis dari suku lain. Para penulis yang berasal dari Jawa yang menulis dalam bahasa Melayu Riau misalnya, tidak memperlihatkan interferensi yang mencolok dari bahasa ibunya. Interferensi itu jelas terlihat apabila mereka tidak menulis dalam bahasa Melayu Riau baku, melainkan dalam bahasa Melayu koran. Misalnya dalam surat kabar Hindia Dipa yang terbit di Surabaya atau beberapa penerbitan lainnya di Pulau Jawa.

Ragam bahasa Melayu (Riau) yang dijadikan bahasa baku sebenarnya lebih banyak merupakan sebuah ragam baru bahasa Minangkabau. Dalam hal ini, bahasa Melayu Riau telah mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap bahasa Minangkabau. Orang-orang Minang yang menulis dalam bahasa Melayu Riau telah melahirkan suatu ragam bahasa Melayu yang pada masa itu dianggap sesuatu yang baku. Oleh karena Engku-engku ini mempunyai kedudukan penting di Balai Pustaka atau sebagai guru di sekolah, maka ragam bahasa yang mereka hasilkan dianggap cukup penting. Kita tidak dapat melupakan bahwa banyak juga dari mereka yang mempunyai keahlian yang tinggi dalam penggunaan bahasa. Hal ini tentu antara lain karena mereka mendapat pendidikan modern yang baik.

Akan tetapi, sebabnya tentu bukan hanya itu saja. Para penulis Belanda yang melahirkan karya tulis yang baik dalam bahasa Melayu ternyata tidak terlalu banyak, walaupun mereka sangat ahli di bidang studi bahasa Melayu. Hal ini tidak mengherankan sedikit pun, sebab hasil kajian mereka biasanya dituliskan dalam bahasa Belanda yang baik, bukan dalam bahasa Melayu. Sebaliknya, seorang penulis Minang yang menguasai bahasa Belanda juga cenderung memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan bahasa Melayu. Namun, tidak sedikit pula penulis itu yang mungkin kurang menguasai bahasa Belanda, walau penguasaan bahasa Melayunya cukup bagus. Bagaimanapun juga, para penulis dan guru-guru yang berasal dari daerah Minangkabau telah melahirkan suatu ragam bahasa Melayu Riau yang dijadikan bahasa baku bagi bahasa Melayu di masa-masa sebelum Perang Dunia II. Orang Belanda menamakan ragam bahasa Melayu itu sebagai bahasa Melayu Balai Pustaka.

Dalam bidang pendidikan, ragam bahasa Melayu Balai Pustaka ini memainkan peran penting. Oleh karena penggunaan bahasa semacam ini sangat koservatif, maka untuk keperluan pembahasan soal-soal budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain, bahasa Melayu juga cepat berkembang dalam ragam yang agak berbeda. Pelopor tulisan-tulisan seperti ini adalah kaum terpelajar Indonesia yang kebanyakan berasal dari dunia Melayu. Mereka tetap berorientasi pada bahasa Melayu Riau, walaupun untuk keperluan gaya bahasa dan efektivitas isi, mereka juga mengadopsi bahasa-bahasa Barat, terutama bahasa Belanda. Sangat jarang terlihat penggunaan kata-kata atau cara berbahasa yang kurang cocok dengan jiwa dan semangat bahasa Melayu atau bahasa Minangkabau di dalam bahasa yang mereka gunakan.

Dalam hal ini, pengertian bahasa Melayu Riau sebaiknya jangan dipahami terlalu ketat dan juga jangan terlalu menyempitkan konsep Melayu, terutama bila membicarakan persoalan bahasa. Kenyataan bahwa bahasa Melayu yang telah menjadi bahasa Indonesia itu sebenarnya tidak langsung menjadi bahasa Indonesia adalah salah satu alasannya. Artinya, bahasa Melayu tradisional tidak langsung berubah menjadi bahasa Indonesia modern. Perubahan itu melalui satu bentuk transisi, yaitu satu bentuk ragam bahasa Melayu yang dihasilkan oleh para penulis yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia, tetapi model bahasanya didominasi oleh pengaruh bahasa Minangkabau. Pengaruh ini boleh saja dianggap menguntungkan atau tidak menguntungkan, tetapi itulah kenyataannya.

Menurut pengamatan penulis, pengaruh itu ada yang positif, ada pula yang negatif. Pengaruh positif antara lain tercermin dari sumber pikiran jernih yang diperlihatkan oleh ragam bahasa itu. Sementara pengaruh negatif muncul dari alur dan kepatutan pikiran yang kacau, tidak tahan dengan analisis yang tajam, dan yang tidak pantas dinyatakan dengan gaya dan ragam bahasa. Perbedaan pendapat tentang hal ini tentu wajar. Kejernihan pikiran, clear thinking, itulah tampaknya merupakan faktor yang sangat dipentingkan oleh para penulis masa itu. Menurut penulis, faktor kejernihan pikiran ini merupakan sumbangan bahasa Melayu yang besar terhadap pembentukan bahasa Indonesia di kemudian hari. Apabila kemudian faktor ini terlihat kurang mendominasi kehidupan bahasa Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa sumbangan bahasa Melayu terhadap perkembangan bahasa kita sudah merosot.

Orang Melayu pada umumnya suka berdebat dan bertanding dalam penggunaan bahasa. Budaya Melayu secara keseluruhan menekankan pentingnya kepandaian penggunaan bahasa dalam percaturan hidup bermasyarakat. Hal inilah yang menyebabkan tumbuhnya kejernihan berpikir, sebab orang tidak mau menjadi bahan tertawaan orang lain karena mengemukakan hal-hal yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat. Argumentasi yang kuat berasal dari kekuasaan yang diandalkan. Kekuasaan itu terletak dalam penggunaan bahasa, bukan pada faktor eksternal, seperti pangkal lengan (kekuatan). Bahasa Melayu tidak suka pada obskurantstyle.

Ragam Melayu modern yang dihasilkan agak berbeda dengan ragam tradisional yang berorientasi pada istana serta penghormatan kepada istana dan kerabat raja. Peran terakhir ini memang cocok bagi orang yang berbahasa Minangkabau dengan latar belakang budaya yang tidak berorientasi pada istana. Seandainya bahasa Melayu tidak diubah menjadi suatu bahasa yang merakyat, maka pergerakan nasional akan sulit menerimanya sebagai bahasa persatuan. Hal ini cukup menarik karena bahasa yang pada mulanya agak berorientasi feodal itu dapat berubah menjadi bahasa rakyat yang bersifat demokratis.

Semua pergerakan nasional utama Indonesia mempunyai orientasi yang demokratis. Golongan nasionalis kita dari segala aliran bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka dan demokratis. Oleh karena itu, mereka enggan menggunakan bahasa yang dianggapnya kurang menunjukkan ciri-ciri demokrasi dalam kata-kata dan tata-cara penggunaannya. Bahasa Melayu Riau modern dianggap memenuhi syarat untuk dipakai sebagai alat komunikasi suatu masyarakat merdeka yang demokratis. Kaum nasionalis Indonesia mempraktikkan cara berdemokrasi dengan memupuk kemerdekaan untuk menyatakan pendapat dan beradu argumentasi. Sebenarnya, pada lingkungan yang sangat terbatas, penggunaan bahasa Belanda lebih memuaskan buat kebanyakan mereka. Akan tetapi, untuk mencakup lingkungan yang lebih luas, mereka memerlukan bahasa Melayu. Dengan demikian, sumbangan bahasa Melayu dalam bidang perjuangan bangsa ini sangat besar nilainya.


6. Sumbangan Bahasa Melayu Dewasa Ini

Dewasa ini, bahasa Indonesia mendapat sumbangan yang terus-menerus dari berbagai bahasa daerah di Indonesia. Sumbangan yang agak menonjol terlihat datang dari Pulau Jawa. Kata-kata Sanskerta akhir-akhir ini cukup banyak masuk ke dalam bahasa Indonesia. Adapun sumbangan yang berasal dari bahasa Melayu pada umumnya terlihat semakin berkurang. Bahasa Melayu seolah-olah seperti kehabisan darah untuk ikut memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Dalam bidang ketatabahasaan dan berbagai ungkapan pun terlihat semakin menurunnya pengaruh bahasa Melayu dalam bahasa Indonesia.

Sebab dari gejala tersebut tentu banyak. Faktor percakapan keseharian misalnya. Dalam percakapan sehari-hari orang Melayu sering menggunakan kata jering untuk menyatakan buah yang mempunyai bau khusus yang disukai banyak orang Indonesia. Penulis memperoleh semacam kesan bahwa bila berbicara dalam bahasa Indonesia, orang Melayu terpelajar cenderung menggunakan kata jengkol dan merasa lebih afdol (sesuai) dengan kata jengkol dibandingkan dengan kata jering. Bila hal ini memang dapat dibuktikan, maka dapat diartikan bahwa masalah jering versus jengkol ini adalah suatu sebab menurunnya sumbangan bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia. Orang Melayu tampaknya merasa lebih afdol bila menggunakan kata yang berasal dari Pulau Jawa. Barangkali salah satu sebab pendorong ke arah ini ialah kenyataan bahwa jumlah orang Melayu yang cerdas dan belajar di perguruan tinggi di Jawa cukup besar. Tak dapat dipungkiri kalau lingkungan sosialnya sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Di sisi lain, pengaruh kaum elit dalam pembentukan bahasa peradaban sangat besar.

Faktor penting lain yang menyebabkan berkurangnya sumbangan bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia adalah faktor demografi dan faktor politik. Orang Melayu bukan bagian terbesar dari penduduk Indonesia. Mereka juga tidak dapat dikatakan sebagai pusat kekuasaan. Bahasa Melayu sekarang mungkin semacam tahu diri, sehingga lebih suka mengikuti daripada diikuti. Kalau dalam hal jering saja orang Melayu lebih menyukai jengkol, maka dapat diduga betapa sikap bahasa Melayu sekarang tentang kata yang jauh lebih penting daripada sekadar nama buah tersebut. Kata pengejawantahan, ambeg paramarta, sandang pangan, dan banyak lagi yang lain mulai terbiasa di telinga Melayu.

Pada masa lampau, bahasa Melayu sangat keras mempertahankan kaidah dan ungkapan Melayu. Bahasa Melayu mewajibkan para pemakainya untuk mematuhi aturan-aturan yang ketat itu. Disiplin penggunaan bahasa amat dipentingkan. Hal ini merupakan sumbangan dari bahasa Melayu terhadap perkembangan bahasa Indonesia, yaitu suatu sikap berbahasa yang sangat hati-hati. Kita mengetahui bahwa apa yang dinamakan bahasa Melayu koran atau rendahan tidak atau kurang mementingkan aspek ini. Masalah yang sangat berat dirasakan saat ini ialah kaburnya rujukan.

Walaupun peran bahasa Melayu dalam perkembangan bahasa Indonesia sekarang sudah menurun, masih banyak para ahli bahasa yang tidak berkeinginan untuk membuang pola Melayu begitu saja. Dalam usaha perluasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita masih melihat orang memperhatikan tuntutan-tuntutan kepatutan bahasa Melayu yang sudah dimodernisasi. Sumbangan yang diberikan oleh bahasa Melayu tercermin dalam penggunaan bahasa yang menghendaki kejernihan pikiran itu tadi. Bahasa Melayu lebih menekankan kepada kejernihan jalan pikiran daripada gramatikal yang benar dalam arti teknis yang ketat. Cobalah lihat ungkapanungkapan dan peribahasa Melayu! Ungkapan dan peribahasa Melayu tidak selalu seragam. Penggunaan bahasanya dari sudut teknis gramatikal agak bervariasi. Akan tetapi, pikiran yang dikandungnya sangat jelas. Salah satu unsur keindahannya terletak pada ketajaman ungkapan katanya, bukan terletak pada kekaburan dan kegaibannya.

Akhirnya patut disebutkan di sini bahwa kita semua mengetahui betapa eratnya hubungan antara bahasa dan budaya. Sumbangan bahasa Melayu terhadap perkembangan bahasa Indonesia juga merupakan sumbangan budaya, sumbangan alam, dan sumbangan cara berpikir. Bahasa dan kebudayaan Indonesia akan terasa miskin sekiranya sumbangan itu hanya datang dari bahasa dan budaya Melayu. Sebaliknya, jika bahasa dan budaya Melayu tak mau menyumbang lagi, maka bahasa dan budaya Indonesia akan kurang kaya.


7. Budaya Dan Bahasa

Dalam pembahasan tentang sumbangan bahasa Melayu terhadap bahasa Indonesia perlu juga disinggung kaitan antara budaya dan bahasa Melayu serta budaya dan bahasa Indonesia. Kita mengetahui banyak orang yang menganggap bahwa antara budaya dan bahasa terdapat hubungan yang sangat erat. Kita mengenal slogan yang berbunyi “bahasa menunjukkan bangsa”. Di kalangan para ahli bahasa dikenal hipotesis Sapir dan Whorf yang menyatakan bahwa budaya ditentukan oleh bahasa. Pendapat Sapir dan Whorf ini sangat banyak kelemahannya sehingga jarang diterima orang secara utuh. Pendapat orang awam atau slogan yang berbunyi “bahasa menunjukkan bangsa” juga sulit dibuktikan secara menyakinkan. Terlalu banyak bahasa di dunia ini yang boleh dikatakan terlepas dari induk kebudayaannya. Bahasa Inggris di Amerika tidak dapat kita katakan menunjukkan kebudayaan Inggris secara keseluruhan. Bahasa Arab, terutama di masa-masa kejayaan Islam dulu, lebih merupakan hasil kebudayaan Islam daripada kebudayaan Arab. Bahasa Arab banyak dikembangkan oleh orang-orang yang bukan berasal dari bangsa Arab. Bahkan, orang Yahudi dan Kristen pun mempunyai andil dalam perkembangan bahasa Arab.

Bila kita menengok bahasa Melayu, maka hal yang hampir serupa juga terlihat. Bahasa Melayu dikembangkan bukan hanya oleh orang Melayu. Kita dapat menunjuk nama Nuruddin Arraniri yang tidak dibesarkan dalam budaya Melayu dan bukan berasal dari orang Melayu. Setelah beberapa waktu tiba di Aceh, Nuruddin Arraniri telah menulis karya besarnya dalam bahasa Melayu. Abdullah Munsyi juga demikian. Demikian juga tokoh-tokoh lainnya. Begitulah hakekat bahasa atau beberapa bahasa yang akhirnya menjadi bahasa umum yang besar. Bahasa Inggris dikembangkan oleh berbagai bangsa, seperti orang Scot, orang Wales, orang Irlandia, dan lain-lain. Bahasa yang terlalu erat hubungannya dengan budaya tertentu dan sulit untuk melepaskan diri dari budaya asalnya jarang yang diterima orang sebagai bahasa umum.

Faktor yang melonggarkan kaitan antara bahasa dan budaya dalam pengertian di atas sebenarnya juga merupakan sumbangan bahasa Melayu terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang terlalu erat kaitannya dengan budayanya sendiri kadang-kadang dapat merupakan sesuatu yang mengungkung. Sebaliknya, bahasa yang tidak terlalu erat hubungannya dengan budaya dapat menjadi alat untuk menuju perluasan daerah pembebasan. Bahasa Melayu yang awalnya sangat erat kaitannya dengan budaya Melayu secara berangsur-angsur berubah menjadi bahasa yang agak netral budaya dan akhirnya menjelma menjadi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia kemudian menjadi bahasa masyarakat Indonesia yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam.?

Pengaruh Bahasa Inggris terhadap Kosa-Kata Bahasa Indonesia


Kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka berarti mudah menerima pengaruh. Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka. Oleh karena itu, dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, meminjam atau menyerap unsur asing dengan sendirinya
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, tetapi ada juga proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik  dalarn bahasa lisan maupun bahasa tulisnya.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap unsur-unsur asing terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing yang memberi pengaruh kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya unsur-unsur asing ini secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Mula-mula bahasa Sansekerta sejalan dengan masuknya agama Hindu ke Indonesia sejak sebelum bahasa Indonesia memunculkan identitas dirinya sebagai bahasa Indonesia, kemudian bahasa Arab karena eratnya hubungan keagamaan dan perdagangan antara masyarakat timur tengah dengan bangsa Indonesia, lalu bahasa Belanda sejalan dengan masuknya penjajahan Belanda ke Indonesia, kemudian bahasa Inggris yang berjalan hingga sekarang, salah satu faktor penyebabnya adalah semakin intensifnya hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi antara bangsa Indonesia dengan masyarakat pengguna bahasa Inggris.
Unsur-unsur asing ini telah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Dan sejalan dengan perkembangan itu muncullah masalah-masalah kebahasaan, khususnya penyerapan kata-kata bahasa Inggris.
Ada dua cara penyerapan kata-kata dan ungkapan-ungkapan dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Cara pertama adalah dengan menyerap secara seluruhnya, baik dalam ejaan maupun pada ucapannya. Cara kedua adlah dengan menyesuaikan ejaan maupun ucapannya. Penyerapan dengan [enyesuaian pada umumnya mengacu pada ucapan kata aslinya. Dengan demikian akan terjadi  dalam ejaannya, diselaraskan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini dapat dilihat beberapa macam pola penyerapan kata-kata dalam bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia.
1. Kata-kata dalam bahasa Inggris yang berawal dengan huruf C,Ch, dan Q.
Contoh:
Inggris Ucapan Indonesia
Certificate Se(r)tifikeit Sertifikat
Censor Sensor Sensor
Canteen Kantiin Kantin
Corruption Korapsien Korupsi
Check Cek Cek
Charter Carter Carter
Chocolate Cokeleit Coklat
Character Karakte(r) Karakter
Quality Kwoliti Kualitas
Quantity Kwontiti Kuantitas
Quota Kwota Kuota
Quiz Kwiz Kuiz
2. Suku kata bahasa inggris yang berakhir dengan “-tion” dan “-sion”, berubah menjadi “-si
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Adoption Adopsi Mengangkat(anak)
Association Asosiasi Himpunan,ikatan
Attension Atensi Perhatian
Calculation Kalkulasi Perhitungan
Combination Kombinasi Kumpulan
Condition Kondisi Keadaan
Deportasion Deportasi Pengusiran WNA dari suatu Negara
Discussion Diskusi Pembicaraaan
Deviation Deviasi Penyimpangan
Emotion Emosi Perasaan
Vibration Vibrasi Getaran
Transportstion Transportasi Pengangkutan
Suggestion Sugesi Dorongan jiwa
3. Kata-kata dalam bahasa Inggris yang mempunyai suku-kata akhir “-ty” akan berubah menjadi “-tas” dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Activity Aktivitas Kegiatan
Facility Fasilitas Sarana
Integrity Integritas Sifat jujur
Priority Prioritas Yang diutamakan
Quality Kualitas Mutu
Reality Realitas Kenyataan
University Universitas Perguruan tinggi
Namun,  hal ini tidak berlaku untuk kata:
Inggris Indonesia Arti
Comodity Komoditi Barang dagangan
Penalty Penalty Hukuman
Royalty Royalty Pembayaran kepada pemegang hak cipta.
4. Kata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata akhir “-nt” akan berubah menjadi “-n” dalam bahasa Indonesia
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Argument Argument Bantahan
Component Komponen Bagian dari suatu alat
Dominat Dominan Unggul
Element Elemen Unsure
Patent Paten Hak paten
Statement Statemen pernyataan
Namun, Hal ini tidak berlaku untuk kata-kata berikut:
Inggris Indonesia Arti
Comment Komentar Pendapat
Investment Investasi Penanaman modal
Argument Argumentasi/argument sanggahan
5. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata akhir “-ism” akan berubah menjadi “-isme” dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Antogonism Antagonism Bertentangan
Dualism Dualism Bersifat men-dua
Egoism Egoism Mementingkan diri sendiri
Organism Organism Mahluk hidup
Optism Optismisme Rasa percaya diri yang kuat
6. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata akhir “-ive” akan berubah menjadi “-if” dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Aggressive Agresif Galak
Attracktive Atraktif Menarik
Competitive Kompetitif Bersaing
Destructive Destruktif Bersifat merusak
Negative Negatif Kurang,buruk
Selective Selectif Pilih-pilih
7. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata akhir “-nal” akan berubah menjadi “-nal” dalam bahasa Indonesia, namun ejaan keseluruhan berubah sesuai dengan ucapannya.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Emotional Emosional Perasa
Functional Fungsional Berkenaan dengan kerjanya dan tugasnya
Rational Rasional Masuk akal
Proportional Proporsional Sebanding,sesuai
Traditional Tradisional Adat,kebiasan
8. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata awal “ph-” sesuai dengan ucapannya menjadi  “f-“  dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Phantom Fantom Tiruan,ilusi
Phenomena Fenomena Peristiwa yang hebat
Phrase Frasa Untaian kata
Physics Fisika Ilmu fisika
Physiologi Fisiologi Ilmu  faal
9. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata awal “th-” akan berubah menjadi “t-” dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Theatre Teater Gedung pertunjukkan
Theme Tema Pokok bahasan
Therapy Terapi Pengobatan
Thermometer Thermometer Alat pengukur suhu
10. K ata-kata dalam bahasa Inggris mempunyai suku kata akhir “-y” akan berubah menjadi “-i” dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Anarchy Anarki Kekacauan
Biography Biografi Riwayat hidup
Calligraphy Kaligrafi Seni menulis indah
Planology Planologi Ilmu tata kota
Pathology Patologi Ilmu tentang  penyakit
Subsidy Subsidi Bantuan berupa uang
11. Akhiran suku-kata “-ic” dalam bahasa Inggris dapat menjadi beberapa bentuk.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
1.AtheleteAthletic
Athletics
AtlitAtletis
Atletik
OlahragawanSifat badan yang kokoh
Cabang olah raga atletik
2. FantasyFantasia
Fantastic
FantasiFantasia
Fantastis
KhayalanKarya seni penuh fantasi
Sesuatu yang menakjubkan
3. MechanicMechanism
Mechanical
MekanikMekanisme
Mekanis
MontirTata cara kerjanya
Berkaitan dengan mesin
4. PoliticsPolitical
Politic
Ilmu politikPolitis
Politik
Ilmu tentang tata-cara mengelola negaraBerkaitan dengan politik
Berkaitan dengan pemerintahan
12. Kata-kata dalam bahsa Inggris yang berawal dengan huruf C dapat berubah menjadi S, K, atau diawali dengan huruf C dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan ucapannya.
Contoh:
Inggris Indonesia Arti
Ceremony Seremoni Upacara
Celebrity Selebriti Boring-orang terkenal
Circuit Sirkuit Tempat balapan mobil
Chaotic Keiotik,keiotis Berantakan
Check Cek Memeriksa
Café Kafe Semacam kedai atau restoran
Campus Kampus Lingkungan perguruan tinggi
Career Karir Pekerjaan
Clarification Klarifikasi Penjelasan
Kata-kata serapan memang menambah pembendeharaan kosa-kata bahasa Indonesia. Namun, penyerapan atau peminjaman kata-kata asing tersebut juga akan menimbulkan kerancuan, keragu-raguan, atau kekeliruan.
Contoh:
(a)   Akses dan Ekses
Dua kata ini memiliki kemirpan dalam ejaannya, tetapi memiliki arti yang berbeda.
ð>  Akses berasal dari access yang berarti jaln penghubung, kemudahan untuk mendapatkan sesuatu, kemudahan untuk menemui seseorang.
ð>  Ekses berasal dari kata Excess yang berarti berlebihan atau kelebihan, lebih dari seharusnya, perilaku yang melanggar moralitas dan kemanusiaan.
(b)  Even dan Event
ð>  Kata even memiliki  arti rata, datar, genap, ama, bahkan.
ð>  Kata Event mengandung arti pertistiwa,kejadian,pertandingan.
(c)   Moment atau momen dan momentum
ð>  Moment atau momen berkaitan dengan waktu
ð>  Momentum berkaitan dengan gerak, dorongan, dan kekuatan.
(d)   Reformasi dan Anarki
ð>  Reformasi berasal dari kata to reform yang berarti memperbaiki (menjadi lebih baik). Namun, reformasi juga berarti perbaikan dalam tatanan social, politik, pemerintahan, dll.
ð>  Anarki berasal  dari kata anarchy berarti kekacauan. Selain itu, anarki juga mengabaikan atau tidak mengakui adanya hokum peraturan dan kekuasaan pemerintah.
Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa anarki bertentangan dengan reformasi dan bukan bagian dari reformasi.
(a)   Legal dan Legimate
Dalam bahasa Indonesia, kedua kata ini memiliki arti sah (sah menurut hukum atau konstitusi).  Lawan kata legal adalah illegal atu illegal, sedangkan lawan kata dari legitimate adalah illegitimate.
ð>  Legal biasanya berkaitan dengan hokum, misalnya pemalsuan ijazaah adalah perbuatan illegal.
ð>  Kata legitimate biasanya digunakan untuk pemerintahan, misalnya pemerintah yang legitimate merupakan pemerintahan yang dipilih oleh rakyat.
(b)   Kerancuan dalam proses penyerapan
ð>   Pada harian Pikiran Rakyat yang terbit tanggal 18 November 2000, pada halaman 4 (empat) terdapat judul berita sebagai berikut : “Karetaker Gubernur Banten Hari ini Dilantik Mendagri”.  Kata caretaker dipakai sebagai pengganti  caretaker (baca:keteike) yang artinya pejabat sementara. Penyerapan seperti ini jelas tidak benar.
ð>  Akhir-akhir ini banyak pejabat atau petinggi Negara menggunakan gabungan kata”kebohongan politik”. Bandingkan dengan kata-kata berikut:
-          Public opinion = opini pubic =pendapat umum.
-          Public figure = tokoh public = tokoh masyarakat.
Jadi, kata “kebohongan publik” = public lie = kebohongan rakyat. Namun, rakyat berbohong kepada siapa?  Agar tidak menimbulkan kerancuan, sebaiknya kata tersebut dinyatakan berbohong kepada rakyat atau tidak mengatakan yang sebenarnya kepada rakyat.
(c)   Okay
Dalam bahasa Inggris kata ‘okay’ berarti ‘lumayan’, ‘cukuo baik’, atau ‘saya setuju’, tergantung dengan konteks .
ð>   A: Why don’t we go to shop?     ==>   A: Anda ingin ke toko?
B: Okay                                                           B: Oke
Dalam konteks ini kata okay dan oke mengandung arti yang sama.
ð>  Oh, that place is okay I guess.  ==>     Tempat itu lumayan menurut indah menurut saya.
Dalam konteks ini arti dari kata ‘okay’ dan ‘oke’ berbeda. Sejak kata ‘oke’ masuk bahasa Indonesia artinya sudah berubah terlalu jauh untuk digunakan untuk terjemahan langsung dalam contoh ini.
ð>   Who okayed this deal?  ==>         Siapa yang menandatangani persetujuan ini?
Pennggunaan ‘okay’ ini belum terbiasa dalam bahasa Inggris, jadi tidak aneh bahwa artinya tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Dari contoh di atas, dapat diketahui ada terdapat perbedaan di antara ‘oke’ dan ‘okay’. Kata ‘oke’ dapat diartikan ’saya dapat’  atau  ‘unggul’ tidak ada dalam bahasa Inggris. Contoh penggunaannya dapat dilihat dalam slogan stasiun televise RCTI, ‘Semakin Oke”. Jika kata ‘oke’ masih ada artinya sama dengan kata ‘okay’ dalam bahasa Inggris, penggunaan ini tidak mungkin, karena tidak ada kampanye iklan yang harap meyakinkan penontonnya bahwa acaranya “semakin lumayan”.
Dari beberapa  contoh di atas terlihat jelas bahwa bahasa Inggris sangat mempengaruhi pemakaian kosa-kota dan bahkan struktur bahasa  Indonesia. Banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi terkadang dapat  menimbulkan kerancuan dalam pemakaiannya. Bahkan, pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sering digabungkan dalam satu rangkaian kalimat. Hal ini terjadi  supaya  orang yang menggunakannya akan terlihat lebih modern.
Penyerepan kosa-kata tersebut dapat menambah pembendaharaan kosa-kota Indonesia. Hal ini sudah tentu akan mempermudah kita  berinteraksi  khususnya kepada negar-negara lain. Namun.penyerapan kosa-kota  tersebut  jangan diterima  begitu saja. Dalam proses penyerapan harus dapat dilakukan dengan selektif, supaya karakteristik dari bahasa Indonesia tidak akan hilang.

Minggu, 25 Maret 2012

manfaat TELUR


Mau tau gan manfaat makan telor tiap hari.. ane punya infonya silahkan d simak, maaf aje kalo kepanjangan. Makan telur sangat mengenyangkan terlebih lagi semua kandungan protein dan zat gizi di dalamnya terpenuhi. Makan telur 1-2 butir tiap hari membuat orang gampang merasa kenyang sehingga bisa menurunkan berat badan.

Itulah mengapa pada tahun 1979, mantan perdana menteri Inggris Margaret Thatcher bisa mengurangi berat badannya dalam jangka waktu singkat dengan mengonsumsi 28 butir telur dalam seminggu. Telur selama ini dianggap sebagai makanan yang tinggi kalori dan menyebabkan kolesterol tinggi. Ternyata kandungan kalori telur ukuran sedang hanya 80 kalori.

Makan sebutir telur tiap hari mencukupi kebutuhan 20 persen konsumsi harian manusia. Sehingga setelah makan telur orang tidak perlu lagi berlebihan mengonsumsi makanan lainnya.

Sebuah tim peneliti yang melakukan penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa orang yang makan telur memiliki hampir semua zat gizi yang lebih tinggi daripada orang yang tak mengonsumsi telur. "Manfaat kesehatan dari telur tampak sangat besar. Sehingga mungkin tidak berlebihan jika menyebutnya makanan super. Telur merupakan makanan yang paling bergizi dari semua makanan yang ada," kata Dr Carrie Ruxton, seorang ahli diet independen dan penulis laporan, seperti dilansir dari Dailymail, Rabu (10/3/2010).

Telur bisa dianggap 'makanan super' karena selain dapat meningkatkan kesehatan juga dapat melawan obesitas. Dan menurut ahli gizi, makan telur satu butir sehari dapat menurunkan berat badan.

Studi yang dirilis ini akan dipublikasikan pada bulan Juni dalam jurnal Nutrition and Food Science. Studi ini meneliti 71 penelitian dan bahan referensi yang memeriksa komposisi gizi telur dan perannya sebagai makanan. Peneliti menemukan bahwa telur tidak hanya rendah kalori, tetapi juga merupakan sumber kaya protein dan dikemas dengan zat gizi yang penting bagi kesehatan, terutaman vitamin D, vitamin B12, selenium, dan kolin. Telur adalah makanan ideal pada setiap tahap kehidupan serta mudah dimasak dan menyenangkan untuk dimakan.


Sebuah laporan juga menegaskan bahwa diantara makanan protein, telur mengandung campuran asam amino esensial terkaya. Ini sangat penting untuk anak-anak, remaja, dewasa muda karena keseimbangan yang tepat diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan. Dalam telur juga ditemukan antioksidan yang tinggi, yang dapat membantu mencegah penuaan terkait macular degeneration yang menyebabkan kebutaan.

Kelompok-kelompok tertentu yang mendapatkan manfaat dengan makan lebih banyak telur yaitu kaum muda, pecinta daging dan orang-orang yang menghindari susu.
Temuan kunci adalah bahwa telur merupakan makanan penting sumber vitamin D dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan asupan harian vitamin D.

Rendahnya kadar vitamin D dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis seperti kerusakan tulang, kanker, penyakit jantung, multiple sclerosis, gangguan kekebalan tubuh dan masalah-masalah kesehatan mental.

Temuan terbaru yang didanai oleh British Egg Industry Council, mengatakan bahwa satu atau dua telur sehari tidak berpengaruh pada kolesterol total bagi kebanyakan orang.

Menurut Dr Ruxton, ada manfaat gizi yang nyata bila makan telur tiap hari. Bukti menunjukkan bahwa telur dapat berguna untuk mengenyangkan, mengendalikan berat badan dan juga untuk kesehatan mata.

manfaat TOGE bagi kesehatan


Jangan Pernah Anda Kecilkan Fungsi Taoge.TAOGE itu lambang kesuburan. Lelaki yang makan taoge
akan membuat spermanya"berisi", sedangkan perempuan yang mengonsumsi taogeakan membuat rahimnya gampang "dibajak". Ini semula hanya menjadi cerita dan bagian mitos. Tapi, penelitian menunjukkan khasiat yang lebih hebat dari itu!
Sayuran taoge, jenis apa pun, baik taoge kacang hijau, taoge kedelai, taoge alfalfa, maupun jenis taoge lainnya, mengandung banyak sekali senyawa fitokimiawi berkhasiat. Salah satunya kanavanin (canavanine), jenis asam amino bahan penyusun arginin yang paling banyak tersimpan dalam taoge alfafa. Kanavin, menurut sejumlah penelitian, mampu melumpuhkan bibit kanker leukimia, usus besar dan pankreas.Estrogen alami yang terdapat dalam taoge befungsi sama dengan estrogen sintetis, tapi yang ini tanpa efek sampingan. Estrogen dalam taoge secara nyata dapat meningkatkan kepadatan dan susunan tulang, serta mencegah rapuh tulang (osteoporosis). Rajin makan taoge membantu wanita terhindar dari kanker payudara, gangguan menjelang menstruasi (premenstrual syndrome, PMS), keluhan semburat panas (hot flashes), pramenopause, dan gangguan akibat menopause.


Ketika biji-bijian dan kacang-kacangan dikecambahkan, secara umum kadar saponinnya menanjak 450 persen. Saponin paling banyak ditemukan dalam taoge alfalfa. Para penyandang risiko stroke dan serangan jantung, gara-gara kadar lemak darah melambung, dianjurkan lebih banyak menyantap taoge. Saponin dalan taoge, akan menggelontor 'lemak jahat' LDL, tanpa mengganggu kandungan 'lemak baik' HDL. Setelah melalui sejumlah percobaan dengan binatang,saponin taoge diketahui dapat membangkitkan sistem kekebalan tubuh, dengan cara menggenjot aktivitas sel pembuluh alami, (natural killer cells), khususnya sel T-limfosit dan interferon. Selain sarat DNA, taoge padat zat antioksidan kuat yang membentangi tubuh dari radikal bebas perusak sel DNA. Perlindungan ganda inilah yang menguatkan kesimpulan taoge merupakan sayuran yang membuat kita 'lahir kembali', menjadi lebih muda. Taoge kedelai, menurut James Dukes, Ph.D., peneliti dan ahli botani dari Departemen Pertanian AS, kaya senyawa antikanker lainnya, kerja genistein lebih efektif ketika benih kanker sudah mulai bersemi.Karena pada saat itulah genistein akan bekerja giat mengacaukan pasokan makanan bagi sel-sel kanker, sehingga mereka akhirnya mati.Namun Duke mengingatkan, hendaklah pasien wanita pengidap kanker payudara yang tengah menjalani terapi pengobatan dengan tamoxifen membatasi konsumsi taoge, apalagi yang tamoxifen. Artinya, taoge hanya perlu dibatasi jika kita menderita jenis tumor atau kanker yang berkaitan dengan estrogen. Anda selalu kembung setiap kali makan kacang-kacangan? Itu pertanda Anda sensitif terhadap oligosakarida, satu jenis karbohidrat kompleks yang ada dalam kacang-kacangan. Guna mendapatkan gizi kacang-kacangan tanpa kembung, taoge bisa jadi jalan keluar. Pengecambahan telah menguraikan 90 persen rantai oligisakarida menjadi karbohidrat sederhana, sehingga senyawa tersebut mudah diserap tubuh, tanpa menghasilkan gas. Karena mengandung banyak serat dan air, taoge membantu pengurasan kotoran dalam usus besar. Hal ini menjadi kekuatan ganda taoge dalam memerangi kanker. Dengan mendorong kotoran segera meninggalkan usus besar, tak ada lagi zat-zat racun dalam kotoran yang dapat diserap tubuh. Dan ini mencegah menumpuknya zat racun, yang dapat merangsang berseminya benih kanker.

mitos tentang merokok


Merokok merupakan masalah klasik yang sudah lama menghiasi kehidupan manusia. Meski rata-rata perokok sudah mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit jantung, impotensi, kanker dan lain-lain -seperti yang tertulis pada setiap akhir iklan rokok (walaupun hanya sesaat), namun kenyataannya orang masih saja merokok. Ironisnya, akibat yang ditimbulkan bukan hanya bagi mereka yang menghisapnya, perokok pasif juga harus menanggung beban ini.
Dan alasan-alasan tersebut kini menjadi mitos yang harus dipatahkan! Nah, berikut adalah mitos-mitos seputar rokok:
Mitos 1: Dengan merokok saya terlihat macho/sexy
Tepatnya, pabrik rokok mengharapkan anda berpikir seperti itu. Mungkin awalnya memang iya, tapi tunggu saja. Merokok dapat menimbulkan kulit keriput dan gigi kuning. Merokok juga berkontribusi pada osteoporosis atau pengeroposan tulang.
Mitos 2: Berhenti merokok bisa membuat saya gemuk
Bertambanya berat badan banyak dialami orang yang mencoba berhenti merokok. Hal ini terjadi karena kebiasaan menghisap rokok kini berganti dengan makan. Namun dengan merencanakan diit gizi yang sehat dan meningkatkan aktivitas akan membantu kita memecahkan masalah ini.
Mitos 3: Saya akan berhenti ketika saya hamil
Mungkin akan lebih sulit untuk hamil bila anda merokok karena merokok adalah penyebab mayor dari infertilitas.
Mitos 4: Merokok tidak melukai orang lain selain diri sendiri
Salah! Bila merokok di sekitar orang lain, anda telah menyakit mereka terutama yang memiliki asma, penyakit jantung, alergi atau anak-anak. Perokok pasif juga mempunyai resiko yang meningkat seperti pada perokok aktif.
Mitos 5: Saya masih muda, saya akan berhenti merokok beberapa tahun lagi
Hampir semua perokok aktif mulai merokok ketika masih muda.Namun kebanyakan masih merokok setelah lima tahun ke depan.
Mitos 6: Hanya satu rokok sehari kok
Merokok tidaklah aman sekalipun hanya 1 rokok dalam sehari. Setiap rokok mengandung sekitar 1 sampai 2 miligram nikotin yang dapat mencapai otak setelah 10 detik dihirup.
Mitos 7: Rokok saya “light”, jadi ya ga masalah
Munurut Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, rokok “light” memiliki kandungan yang sama dengan rokok pada umumnya, termasuk lead, ammonia, benzene, DDT, gas butane, carbon monoxide, arsenic dan polonium 210.
Mitos 8: Kanker Payudara adalah kanker pembunuh nomor 1 pada wanita
Tet tot! Yang benar adalah kanker paru. Meningkatnya angka kematian akibat kanker paru berhubungan langsung dengan meningkatnya rate dari merokok.
Mitos 9: Merokok dapat memperbaiki mood
Beberapa orang percaya rokok dapat menambah semangat, namun itu dapat menurunkan moodmu. Jika anda sedang down atau depresi, rokok dapat menempatkan anda pada resiko yang lebih tinggi untuk depresi, hiperaktivitas, dan attention deficit disorder.
Mitos 10: Mengunyah tembakau adalah aman karena tidak melalui inhalasi
Bukan hanya kanker paru yang dapat membunuh. Mereka yang mengunyah tembakau memiliki resiko untuk kanker pada rongga mulut, yang dapat mengenai lidah, bibir dan gusi.

menemukan G-SPOT pada wanita


 G spot dikenal karena mampu memberi perempuan kesenangan dan membingungkan dari pria yang tidak dapat menemukannya, adalah salah satu daerah yang paling sensitif dari tubuh wanita. Stimulasi G-spot salah satu cara termudah untuk mencapai orgasme, dan Anda dapat merangsang dalam berbagai cara yang berbeda setelah Anda tahu di mana G spot. Jika Anda belum merasa belum menemukan G spot Anda, Anda mungkin memerlukan bantuan menemukannya.

Seorang gadis G-spot terletak di dalam vagina, sekitar 3 inci masuk Cara mudah untuk mengalami rangsangan G spot adalah untuk mengambil jari Anda, slipkan di dalam. G spot lebih dekat dengan pusar Anda dari punggung Anda. Menemukan G spot mungkin sulit bagi perempuan yang ber jari pendek. Namun, ini tidak harus berhenti Anda dalam pencarian Anda untuk stimulasi G spot.

Jika Anda hanya tidak dapat menemukan G spot dengan jari Anda, jangan khawatir. Hanya kepala ke toko seks (atau toko online) untuk vibrator stimulasi G spot. Ini getaran dirancang khusus untuk memukul G spot Anda dan membuat Anda mengerang. Anda bisa mengatakan bahwa vibrator dibuat untuk kesenangan titik G jika sedikit melengkung di ujung. Bagi wanita yang hanya perlu sedikit perpanjangan jari mereka untuk membuat mencapai G spot lebih mudah, vibrator jari adalah pilihan terbaik.

Apakah Anda pernah mencoba untuk menyuruh pacar Anda atau suami untuk memberi Anda beberapa rangsangan G-spot? Berhubungan seks sementara di posisi Cowgirl adalah cara terbaik untuk mencapai orgasme. Banyak wanita juga mengalami yang berkaitan G-spot orgasme dengan melakukan hal itu Doggie Style. Bereksperimen dengan berbagai posisi yang berbeda sering apa yang terbaik bagi wanita dari setiap ukuran dan bentuk.


Masih belum mendapatkan menemukan bahwa G spot belum? Menurut beberapa orang dalam komunitas medis, tidak semua wanita sebenarnya mungkin memiliki satu. Keyakinan pinggiran mungkin tidak utama, tetapi itu masih ada. Jika Anda tidak bersedia untuk menerima bahwa keyakinan (dan Anda mungkin tidak harus), mengambil napas dalam-dalam. Menekankan diri Anda tidak akan membantu Anda mendapatkan di mana saja. Bahkan, jika Anda menekankan tahu tentang hal itu, yang mungkin membuat Anda dari perasaan sensasi seksual yang berasal dari G spot, atau di tempat lain. Jadi, santai saja. Akhirnya, Anda mungkin akan menemukan jalan Anda sendiri untuk stimulasi G spot.

semakin banyak buah & sayuran,,semakin kurang resiko penyakit jantung

Lima porsi buah dan sayuran baik untuk jantung, tetapi delapan porsi bahkan lebih baik lagi, kata sebuah studi besar baru EPIC Eropa (European Heart Journal, 2011). Studi itu dilakukan selama delapan tahun pada lebih dari 300.000 orang di 10 negara Eropa. Untuk keperluan riset mengenai kaitan buah dan sayuran dengan penyakit jantung, kelompok berusia antara 40 – 85 tahun dipilih. Dari kelompok tersebut, 1.663 meninggal oleh penyakit jantung iskemik (PJI).

Penyakit jantung iskemik (PJI) ditandai dengan suplai darah yang berkurang ke jantung. Orang yang menderita penyakit tersebut dapat mengembangkan nyeri dada dan mengalami serangan jantung.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi buah dan sayuran 400- 500 gram setiap hari. Jumlah itu setara lima porsi pisang kecil, apel sedang atau wortel kecil seberat 80-100 gram. Jumlah tersebut memang sudah melindungi terhadap PJI, tetapi risiko PJI bahkan berkurang lebih banyak lagi bila Anda menambah porsinya. Untuk setiap porsi tambahan buah dan sayuran, risiko kematian PJI berkurang 4%. Dengan kata lain, risiko PJI fatal bagi seseorang yang makan lima porsi buah dan sayuran sehari adalah 4% lebih rendah dibandingkan yang mengkonsumsi empat porsi sehari, dan seterusnya sampai delapan porsi atau lebih. Mengkonsumsi buah dan sayuran delapan porsi sehari menurunkan risiko kematian PJI sampai 22%. Efeknya lebih kuat pada perempuan.


Studi itu memiliki implikasi praktis yang besar. Penyakit jantung adalah penyebab paling umum kematian. Penurunan 22% itu sangat besar, tapi baru diperoleh dari konsumsi buah dan sayuran yang juga sangat besar (sekitar 640 gram per hari). Artinya, harus ada perubahan besar dalam pola diet Anda. Namun, Anda perlu mencoba ke arah itu. Selain menurunkan risiko penyakit jantung, buah dan sayuran telah diketahui juga menurunkan risiko diabetes, stroke, kanker dan banyak masalah kesehatan lain.