Jumat, 09 Maret 2012

to be a great leader


TO BE A GREAT LEADER
MITOS-MITOS KEPEMIMPINAN

Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dalam situasi yang juga tepat akan memberikan dampak yang luar biasa. Dalam pembahasan berikut akan diperlihatkan mitos mengenai pandangan-pandangan yang menyesatkan tentang kepemimpinan. Mitos-mitos tersebut dibahas supaya kita memiliki perspektif yang lebih baik dan jelas tentang berbagai keyakinan yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. Selain itu, kita bisa mengambil sikap yang tepat terhadap berbagai keyakinan tersebut.
Terdapat kekeliruan dalam pengembangan kepemimpinan menurut Hughes et al. (2002). Hal yang lebih menarik lagi adalah bahwa mitos-mitos tersebut diyakini kebenarannya oleh sebagian orang. Tiga mitos pertama tentang kepemimpinan diadopsi dari Hughes et al. (2002) dan lima mitos terakhir diadopsi dari Bennis dan Nanus (2006).
Mitos 1: Kepemimpinan Yang Baik Berdasarkan Akal Sehat (Common Sense)
Mitos ini menyatakan bahwa seseorang hanya membutuhkan akal sehat agar menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam dunia bisnis, para pemimpin menghadapi kompleksitas masalah yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan akal sehat saja. Lebih dari itu, diperlukan analisis dan pertimbangan mendalam dan akurat terhadap situasi yang dihadapi oleh Para pemimpin untuk menentukan efektivitas kepemimpinan mereka.
Mitos ini menyatakan bahwa seseorang hanya membutuhkan akal sehat agar menjadi seorang pemimpin yang baik. Kenyataannya, dalam bisnis, banyak masalah yang kopleks yang tidak hanya membutuhkan akal sehat namun juga memerlukan analisis dan pertimbangan yang mendalam dan akurat.
Mitos 2: Para Pemimpin Dilahirkan, Bukan Dibentuk
Mitos ini menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin tergantung pada apakah orang tersebut memiliki gen pemimpin atau tidak? Padahal jawabannya adalah TIDAK, Seorang pemimpin yang berkaliber bukanlah dipandang dari garis keturunan atau dari anugerah genetika, melainkan dari kualitas kepernimpinan yang dikembangkannya. Seseorang tidak mungkin memiliki kualitas kepemimpinan yang luar biasa karena bawaan sejak lahir. Namun, bisa dipastikan bahwa kualitas kepemimpinannya diperoleh dari proses belajar yang panjang – proses manusiawi yang panjang, penuh coba-coba, kemenangan dan kekalahan, pemilihan waktu dan kejadian yang kebetulan, serta intuisi dan pengetahuan (Bennis & Nanus, 2006: 235).
Mitos 3: Hanya Sekolah Yang Mengajarkan Kepemimpinan Melalui Gemblengan Keras
Mitos ini berkembang karena sebagian orang secara skeptis mengajukan pertanyaan apakah kepemimpinan bisa berkembang melalui studi formal?. Di samping itu, ada juga yang meyakini bahwa kepemimpinan berkembang hanya melalui pengalaman nyata. Kedua pandangan tersebut sama salahnya. Sebenarnya, kepemimpinan seseorang itu berkembang dari studi formal dan dari pengalaman hidup. Studi formal dan pengalaman hidup saling melengkapi. Jadi, seorang pemimpin hebat tidak mungkin dihasilkan dari hanya menggandalkan pelatihan saja atau hanya melalui pengalaman saja. Kedua proses tersebut sama-sama dibutuhkan, bahkan saling melengkapi.
Mitos 4: Kepemimpinan Merupakan Keterampilan Yang Langka
Mitos ini muncul karena banyak yang tidak percaya bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin yang hebat. Pandangan pesimistis ini menganggap bahwa para pemimpin hebat sangatlah langka, seperti halnya pelari hebat, aktor hebat, atau pelukis hebat. Memang harus diakui bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi hebat dalam semua bidang serta profesi yang kita tekuni dan yang kita perankan. Namun, selalu ada peluang untuk menjadi lebih baik. Itulah potensi belajar kita yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Nobody expert in everything, but somebody expert in anything. Singkatnya, Bennis & Nanus (2006) menyatakan kebenaran bahwa peluang kepemimpinan cukup banyak dan bisa dijangkau oleh sebagian besar orang

Mitos 5: Pemimpin Adalah Orang Yang Berkharisma
Mitos ini tidak seperti fakta yang ditemukan. Banyak pemimpin hebat tidak tampak berkarisma meskipun beberapa di antaranya memang berkarisma. Hasil riset Jim Collins menyatakan dari semua pemimpin di sebelas perusahaan yang tadinya hanya berada dalam posisi baik (good) selama setidaknya lima belas tahun dan selanjutnya menghadapi titik transisi menuju hebat (great) selama paling tidak lima belas tahun kemudian tidak ada yang berkharisma luar biasa meskipun merekalah yang menjadi kunci sukses dan mengantar perusahaan menjadi perusahaan yang hebat dan bertahan lama (Collins, 2004). Pemimpin yang hebat bisa diuji dari kualitas kepemimpinan para pengikut di tingkat paling bawah, bukan kualitas kepemimpinan pemimpin itu sendiri.
Mitos 6: Kepemimpinan Hanya Ada Di Puncak Organisasi
Mitos ini berasal dari banyak orang yang secara tidak sadar telah memfokuskan kepemimpinan secara eksklusif kepada pemimpin puncak. Hal itu jelas tidak benar. Semakin berkembang dan besarnya sebuah organisasi, pemimpin semakin diperlukan di semua unit dalam suatu organisasi. Saat organisasi belajar lebih banyak, hampir bisa dipastikan akan ada multiplikasi peranan pemimpin yang ditawarkan kepada para karyawan.
Mitos 7: Pemimpin Mengendalikan, Mengarahkan, Melecut, Dan Memanipulasi
Mitos ini mungkin adalah yang paling merusak dibandingkan mitos lainnya. Maxwell (1995) mengatatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seorang pemimpin biasanya menggunakan kekuasaan dan posisinya untuk menggerakkan orang lain. Itu berarti bahwa mereka telah kehabisan kapasitas pengaruh untuk menggerakan orang lain. Jika hal itu terjadi dalam organisasi, maka pemimpin tersebut sedang mempraktikkan kepemimpinan kelas rendahan. Ironisnya, praktik kepemimpinan yang mengendalikan, mengarahkan, melecut, dan memanipulasi seringkali ditemui di berbagai oganisasi.
Para pemimpin seharusnya memimpin dengan menarik, bukannya mendorong; memberikan inspirasi, bukannya memberikan perintah; menciptakan harapan yang menantang dan dapat dicapai, bukannya memanipulasi; memungkinkan orang lain untuk menggunakan inisiatif dan pengalaman mereka sendiri, ketimbang menolak atau menghalangi pengalaman aksi mereka,"demikian pemyataan Bennis dan Nanus (2006:237).
Mitos 8: Satu-Satunya Tugas Pemimpin Adalah Meningkatkan Nilai Para Pemegang Saham
Mitos ini sungguh menyesatkan dan terlalu terbatas. Bennis dan Nanus (2006:238) menyatakan bahwa perhatian utama para pemimpin adalah membangun organisasi guna menjamin kelangsungan hidup dan kesuksesan jangka panjang. Pernimpin merupakan instrumen utama yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk menyampaikan impiannya, menunjukkan ke arah keberhasilan mereka, dan membantu orang agar bisa bekerja sama secara efektif untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah. Oleh karena itu, bagi seorang pemimpin sejati, membuat bukti adalah persyaratan, bukan sekadar visi atau tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar