TO BE A
GREAT LEADER
MITOS-MITOS KEPEMIMPINAN
Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dalam situasi yang juga tepat akan memberikan dampak yang luar biasa. Dalam pembahasan berikut akan diperlihatkan mitos mengenai pandangan-pandangan yang menyesatkan tentang kepemimpinan. Mitos-mitos tersebut dibahas supaya kita memiliki perspektif yang lebih baik dan jelas tentang berbagai keyakinan yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. Selain itu, kita bisa mengambil sikap yang tepat terhadap berbagai keyakinan tersebut.
Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dalam situasi yang juga tepat akan memberikan dampak yang luar biasa. Dalam pembahasan berikut akan diperlihatkan mitos mengenai pandangan-pandangan yang menyesatkan tentang kepemimpinan. Mitos-mitos tersebut dibahas supaya kita memiliki perspektif yang lebih baik dan jelas tentang berbagai keyakinan yang dianggap benar oleh kebanyakan orang. Selain itu, kita bisa mengambil sikap yang tepat terhadap berbagai keyakinan tersebut.
Terdapat kekeliruan dalam
pengembangan kepemimpinan menurut Hughes et al. (2002). Hal yang lebih menarik
lagi adalah bahwa mitos-mitos tersebut diyakini kebenarannya oleh sebagian
orang. Tiga mitos pertama tentang kepemimpinan diadopsi dari Hughes et al.
(2002) dan lima mitos terakhir diadopsi dari Bennis dan Nanus (2006).
Mitos 1: Kepemimpinan Yang Baik
Berdasarkan Akal Sehat (Common Sense)
Mitos ini menyatakan bahwa seseorang
hanya membutuhkan akal sehat agar menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam
dunia bisnis, para pemimpin menghadapi kompleksitas masalah yang tidak bisa
diselesaikan hanya dengan mengandalkan akal sehat saja. Lebih dari itu,
diperlukan analisis dan pertimbangan mendalam dan akurat terhadap situasi yang
dihadapi oleh Para pemimpin untuk menentukan efektivitas kepemimpinan mereka.
Mitos ini menyatakan bahwa seseorang
hanya membutuhkan akal sehat agar menjadi seorang pemimpin yang baik.
Kenyataannya, dalam bisnis, banyak masalah yang kopleks yang tidak hanya
membutuhkan akal sehat namun juga memerlukan analisis dan pertimbangan yang
mendalam dan akurat.
Mitos 2: Para Pemimpin Dilahirkan,
Bukan Dibentuk
Mitos ini menyatakan bahwa menjadi
seorang pemimpin tergantung pada apakah orang tersebut memiliki gen pemimpin
atau tidak? Padahal jawabannya adalah TIDAK, Seorang pemimpin yang berkaliber
bukanlah dipandang dari garis keturunan atau dari anugerah genetika, melainkan
dari kualitas kepernimpinan yang dikembangkannya. Seseorang tidak mungkin
memiliki kualitas kepemimpinan yang luar biasa karena bawaan sejak lahir.
Namun, bisa dipastikan bahwa kualitas kepemimpinannya diperoleh dari proses
belajar yang panjang – proses manusiawi yang panjang, penuh coba-coba,
kemenangan dan kekalahan, pemilihan waktu dan kejadian yang kebetulan, serta intuisi
dan pengetahuan (Bennis & Nanus, 2006: 235).
Mitos 3: Hanya Sekolah Yang
Mengajarkan Kepemimpinan Melalui Gemblengan Keras
Mitos ini berkembang karena sebagian
orang secara skeptis mengajukan pertanyaan apakah kepemimpinan bisa berkembang
melalui studi formal?. Di samping itu, ada juga yang meyakini bahwa
kepemimpinan berkembang hanya melalui pengalaman nyata. Kedua pandangan
tersebut sama salahnya. Sebenarnya, kepemimpinan seseorang itu berkembang dari
studi formal dan dari pengalaman hidup. Studi formal dan pengalaman hidup
saling melengkapi. Jadi, seorang pemimpin hebat tidak mungkin dihasilkan dari
hanya menggandalkan pelatihan saja atau hanya melalui pengalaman saja. Kedua
proses tersebut sama-sama dibutuhkan, bahkan saling melengkapi.
Mitos 4: Kepemimpinan Merupakan
Keterampilan Yang Langka
Mitos ini muncul karena banyak yang
tidak percaya bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin yang hebat. Pandangan
pesimistis ini menganggap bahwa para pemimpin hebat sangatlah langka, seperti
halnya pelari hebat, aktor hebat, atau pelukis hebat. Memang harus diakui bahwa
kita tidak mungkin bisa menjadi hebat dalam semua bidang serta profesi yang
kita tekuni dan yang kita perankan. Namun, selalu ada peluang untuk menjadi
lebih baik. Itulah potensi belajar kita yang luar biasa yang tidak dimiliki
oleh makhluk lain. Nobody expert in everything, but somebody expert in
anything. Singkatnya, Bennis & Nanus (2006) menyatakan kebenaran bahwa
peluang kepemimpinan cukup banyak dan bisa dijangkau oleh sebagian besar orang
Mitos 5: Pemimpin Adalah Orang Yang
Berkharisma
Mitos ini tidak seperti fakta yang
ditemukan. Banyak pemimpin hebat tidak tampak berkarisma meskipun beberapa di
antaranya memang berkarisma. Hasil riset Jim Collins menyatakan dari semua
pemimpin di sebelas perusahaan yang tadinya hanya berada dalam posisi baik
(good) selama setidaknya lima belas tahun dan selanjutnya menghadapi titik
transisi menuju hebat (great) selama paling tidak lima belas tahun kemudian
tidak ada yang berkharisma luar biasa meskipun merekalah yang menjadi kunci
sukses dan mengantar perusahaan menjadi perusahaan yang hebat dan bertahan lama
(Collins, 2004). Pemimpin yang hebat bisa diuji dari kualitas kepemimpinan para
pengikut di tingkat paling bawah, bukan kualitas kepemimpinan pemimpin itu
sendiri.
Mitos 6: Kepemimpinan Hanya Ada Di
Puncak Organisasi
Mitos ini berasal dari banyak orang
yang secara tidak sadar telah memfokuskan kepemimpinan secara eksklusif kepada
pemimpin puncak. Hal itu jelas tidak benar. Semakin berkembang dan besarnya
sebuah organisasi, pemimpin semakin diperlukan di semua unit dalam suatu
organisasi. Saat organisasi belajar lebih banyak, hampir bisa dipastikan akan
ada multiplikasi peranan pemimpin yang ditawarkan kepada para karyawan.
Mitos 7: Pemimpin Mengendalikan,
Mengarahkan, Melecut, Dan Memanipulasi
Mitos ini mungkin adalah yang paling
merusak dibandingkan mitos lainnya. Maxwell (1995) mengatatakan bahwa
kepemimpinan adalah pengaruh, seorang pemimpin biasanya menggunakan kekuasaan
dan posisinya untuk menggerakkan orang lain. Itu berarti bahwa mereka telah
kehabisan kapasitas pengaruh untuk menggerakan orang lain. Jika hal itu terjadi
dalam organisasi, maka pemimpin tersebut sedang mempraktikkan kepemimpinan
kelas rendahan. Ironisnya, praktik kepemimpinan yang mengendalikan,
mengarahkan, melecut, dan memanipulasi seringkali ditemui di berbagai
oganisasi.
Para pemimpin seharusnya memimpin
dengan menarik, bukannya mendorong; memberikan inspirasi, bukannya memberikan
perintah; menciptakan harapan yang menantang dan dapat dicapai, bukannya
memanipulasi; memungkinkan orang lain untuk menggunakan inisiatif dan
pengalaman mereka sendiri, ketimbang menolak atau menghalangi pengalaman aksi
mereka,"demikian pemyataan Bennis dan Nanus (2006:237).
Mitos 8: Satu-Satunya Tugas Pemimpin
Adalah Meningkatkan Nilai Para Pemegang Saham
Mitos ini sungguh menyesatkan dan
terlalu terbatas. Bennis dan Nanus (2006:238) menyatakan bahwa perhatian utama
para pemimpin adalah membangun organisasi guna menjamin kelangsungan hidup dan
kesuksesan jangka panjang. Pernimpin merupakan instrumen utama yang dimiliki
oleh suatu organisasi untuk menyampaikan impiannya, menunjukkan ke arah
keberhasilan mereka, dan membantu orang agar bisa bekerja sama secara efektif
untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah. Oleh karena itu, bagi seorang
pemimpin sejati, membuat bukti adalah persyaratan, bukan sekadar visi atau
tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar